Follow Now......!

free counters

Welcome Guys

3 Pelajar Wakili Indonesia Dalam Ajang NCSC ke 19 di India

Written By Dimas Dzikrul amin on Kamis, 19 Januari 2012 | 07.24

3 Pelajar Wakili Indonesia Dalam Ajang 
NCSC ke 19 di India
    




zonapenelitian 3 Pelajar mewakili Indonesia  dalam ajang NCSC ke 19 di India. Ketiga pelajar tersebut antara lain Tarra Anisa dari SMA Labscool Kebayoran, Fairus Nawfal dari SMAIT Depok, dan Asma Rosyida dari SMAN 28 Jakarta, mereka bertiga didampingi oleh seorang supervisor dari Pusat Peragaan Iptek (PP-IPTEK) Hendra Suryanto.
National Children Science Congress (NCSC) merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah India sejak tahun 1993.  Selain India, kegiatan NCSC  ke 19 kali ini diikuti oleh 8 negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapur, Thailand, Myanmar, Kamboja, dan Vietnam. Setiap negara anggota ASEAN mengirimkan 3 siswa SMA dan 1 pendamping, selain itu masih ada Banglades yang mengirimkan 6 wakilnya dalam kegiatan ini.
Seluruh Pembiayaan utama keikutsertaan negara-negara ASEAN ditanggung oleh organisasi ASEAN, seperti biaya tiket pesawat, hotel dan biaya hidup selama di India. Dengan demikian, siswa, pendamping, sekolah, orangtua dan pendukung lainnya hanya mempersiapkan biaya-biaya lain yang relatif tidak membebaninya. Pola pembiayaan seperti ini sangat meringankan dan mendorong sekolah, para orang tua dan para pihak lainnya dapat berpartisipasi dengan baik dalam kegiatan ini.
Salah satu tujuan dari dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk membangun budaya meneliti pada generasi muda sebagai bekal untuk pengembangan kemampuan penelitiannya dalam bidang iptek di masa yang akan datang ini. Pada kegiatan ini, para peserta diminta untuk mempresentasikan hasil penelitian yang telah mereka lakukan berdasarkan pengelompokan subtema sesuai dengan kekhususan topik penelitian siswa. Kelompok subtemanya yaitu Know Your Land (Mengetahui Tanah Kita), Function of Land (Fungsi Tanah), Land Quality (Mutu Tanah), Anthropogenic Activity on Land (Aktivitas Manusia Terkait Tanah), Sustainable Use of Land Resources (Penggunaan Sumberdaya Tanah Secara Berkesinambungan), dan Community Knowledge on Land Use (Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan Tanah).
Pada siang harinya, hasil penelitian yang telah dipresentasikan para peserta tersebut dipamerkan untuk dapat dapat dilihat peserta lainnya serta pengunjung yang datang. Selain itu masih banyak aktifitas lainnya yang diikuti para peserta selama 5 hari (27-31/12/11) kegiatan berlangsung, seperti Video Converence With Scientist, Face to Face/Meet the Scientist, Film Astronomy , Teropong Bintang, Pertunjukan Seni, Workshop Guru, dll.
Sebelum diberangkatkan, para pelajar wakil Indonesia telah mendapatkan pelatihan tentang ilmu pertanahan, penelitian, penyusunan makalah dan slide dari beberapa nara sumber, yaitu: Arif (Dosen FMIPA UNJ, Ahli Tanah), J.R.E. Kaligis (Staf Ahli PP-IPTEK), Feti Anita (Kasubdiv Program PP-IPTEK) dan Hendra Suryanto (Kepala Divisi Operasi/Pendamping Siswa).(ppiptek)




07.24 | 0 komentar | Read More

Teknologi Robot Indonesia Tak Ketinggalan Dari Asean

Teknologi Robot Indonesia Tak Ketinggalan Dari Asean

Indonesia tidak ketinggalan dalam pengembangan teknologi robot dibanding negara ASEAN lainnya, meskipun jika dibandingkan dengan Jepang atau Korea masih tertinggal jauh.
"Perkembangan robotika di Indonesia akhir-akhir ini lumayan pesat. Tapi agar lebih mampu bersaing di dunia dibutuhkan dukungan pemerintah yang lebih intens tentunya dengan dukungan biaya yang tidak sedikit," kata Pakar Mekatronika/ Robotika dari UI, Dr Abdul Muis M Eng di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, dibandingkan dekade lalu sekitar tahun 2000, sangat jarang dijumpai perguruan tinggi yang memiliki perkuliahan yang khusus tentang robot, namun sejak mulai maraknya lomba robot, kini hampir di setiap perguruan tinggi terkemuka memiliki tim robot.
Ia mengatakan, saat ini Jepang masih terdepan dalam dunia robot, namun pengembangan robot untuk generasi mendatang di dunia, diperkirakan akan dipimpin oleh Korea Selatan.
"Korea telah membuat robot center yang sangat besar sebagai tempat pengenalan dan sosialisasi teknologi robot. Setiap sekolah di sana juga diundang dan dibiayai untuk melakukan tur studi ke robot center. Sementara China juga tak kalah cepat perkembangan teknologi robotnya," katanya.
Sedangkan teknologi robot di Amerika Serikat juga masih terdepan, di mana riset-riset tentang robot dilakukan dengan dana yang tak terbatas dari militer.
Muis yang meraih gelar master dan doktornya di Keio University, Jepang, institusi yang memiliki Ohnishi lab dan dikenal sebagai pioner pengembangan teknologi haptics untuk surgery robot, menyatakan perbedaan signifikan ketika kembali ke Indonesia, di mana ia terpaksa melakukan riset robotnya dengan perangkat yang murah.
"Selama di Keio university, riset yang pernah saya lakukan mengendalikan dua robot mobile manipulator dengan high speed camera, visual tracking, compliant control dan realtime bilateral atau haptics robot," katanya.
Namun di Indonesia, karena robot berbasis embedded system (mikrokontroller) yang dirisetnya menggunakan sarana ala kadarnya, maka, hanya menghasilkan kinerja dan presisi yang juga sekedarnya saja, ujarnya.
Menurut dia, setidaknya butuh biaya puluhan kali lipat untuk bisa mendapatkan kinerja sebaik yang pernah dilakukan di Jepang.
Sebagai contoh, sensor putaran di ohnishi lab menggunakan laser dengan presisi 360 / 80000 derajat. Sedangkan sensor putaran yang paling tinggi bisa digunakan di sini hanya 360 / 1500 derajat, ujarnya.
Memang di pasaran bisa didapat presisi 360 / 2500 derajat, namun perangkat untuk membacanya tidak bisa dibuat dengan komponen yang tersedia di pasaran Indonesia. (D009/A038)

http://www.antaranews.com/berita/1266720978/teknologi-robot-indonesia-tak-ketinggalan-dari-asean
07.12 | 0 komentar | Read More

1,000 world’s robotic contestants ready to compete in Jakarta

1,000 world’s robotic contestants ready to compete in Jakarta

Jakarta - When talking about robots, our mind is directly associated with those robots featured in movies, such as R2D2 or C3P0 in Star Wars. Yet, they do not exist only in movies but they are very much part of our real life, and it turns out that children as well as teens have remarkable creativity about those humanoids.

The battle of concept ideas, utilities, creativities, and applications of children and teen-made robots from various schools all over the world will be held in Jakarta, in an event titled the International Robotic Olympiad 2011 (IRO2011). As many as 13 countries will send their contingents comprising of school students, including 1,000 robots made by each team.   

The 13 participating countries, among others, are the USA, South Korea, India, China, Japan, the Philippines and Indonesia as the host. The participants are divided into categories of elementary, junior high, and high school students. All of them are accompanied by supporting teams that originate from well-known universities in their respective countries.

“Do not ever look down on the children’s and teens’ intellectual capacity and creativity. Mind you, there is even a utility robot that can help perform household chores made by a South Korean girl, who intends to help her mother to do household chores,” said the Organizing Committee Chairman of IRO2011, Santoso Gondowidjojo.

Based on the child’s idea, the concept is then adopted by one local manufacturing company that subsequently developed that simple robot. “That is a tangible evidence that robots are very close to our everyday life, and there are many more”, he added.

In this IRO2011 edition, there are two additional categories being contested, namely, Indonesiana Robot and Energy Saving Robot where they are required to be able to preserve and conserve energy resources in any form.

There are 12 categories that are generally divided into two main categories, namely,the programmed robot and creative robot. These are the two primary aspects that are commonly found in a robot creation.

“Eventually, there will be a meeting point between the conceptual stage and creativity at this level and the industrial world that can develop it on a commercial scale so that the society can enjoy it”, he explained. The ideas and creativity in the robotic realm is truly unlimited.

“Normally, a robot creation emerges when a problem arises that requires it to be solved. The advantage that today’s children have is that they are very informatics savvy and this will be a very determinant capital”, he concluded.

Sumber: http://www.antaranews.com

translated by:
Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,
Kementerian Sekretariat Negara RI

06.56 | 0 komentar | Read More

Prospek Indonesia 2030

Prospek Indonesia 2030
        Di tengah hiruk-pikuk permasalahan yang melilit bangsa Indonesia pada khususnya, bahkan dunia saat ini pada umumnya, banyak hal menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh komponen bangsa baik pimpinan nasional maupun masyarakatnya. Hal ini menjadi penting, dimana salah satunya adalah mendorong untuk mengedepankan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai penjembatan dan skala prioritas guna peningkatan daya saing bangsa dalam kancah peningkatan ekonomi dan pergaulan dunia.
Indonesia sendiri, saat ini masih marak di ributkan dengan isu politik dan ekonomi, baik sebagai pembicaraan sehari-hari masyarakat maupun di media-media. Ini menjadikan sains dan teknologi, atau lebih dikenal dengan sebutan Iptek, seperti jatuh dalam skala nonprioritas. Pencerminan isu Iptek itu rendah dilihat dari rendahnya dana riset, yang masih di bawah 0,1 persen pendapatan domestik bruto pada 2009, dunia ilmiah Indonesia masih belum bisa merebut perhatian di kancah dunia.
Minimnya anggaran, bukan dijadikan kambing hitam didalam menumbuhkan Kekuatan Iptek, akan tetapi yang dibutuhkan adalah kesepakatan dan komitmen pimpinan nasional beserta masyarakat itu sendiri didalam menjawab tantangan. Didalam era globalisasi yang tengah dihadapi saat ini, masalah mengedepankan Iptek dapat diselesaikan lewat kemitraan yang didasarkan kepada kepentingan bersama, rasa saling menghargai, dan prinsip keadilan dan kemajuan yang sama-sama dimiliki.
“Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memiliki peran penting dalam menghadapi berbagai tantangan yang kita hadapi saat ini - dari perubahan iklim hingga pelestarian keaneka ragaman biologis. Terlebih lagi, pengetahuan dan Inovasi akan menjadi bahan kemakmuran ekonomi di abad ke 21”, ujar Dubes Amerika dalam membacakan sambutan pribadinya Presiden Obama dihadapan para ilmuwan Indonesia di Auditorium Gedung Graha Widya Bhakti Puspiptek, Serpong pada tanggal 20 Januari 2010.
Acara yang diselenggarakan atas kerjasama antara Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) ini, merupakan tatap muka Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan para ilmuwan yang tergabung dalam Dewan Riset Nasional, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Masyarakat Ilmiah Indonesia pada umumnya dengan tajuk “Silaturahmi Presiden RI dengan Masyarakat Ilmiah” dan menjadi momen langka yang sangat penting, karena betapa pun masih banyak urusan lain yang tidak kalah pentingnya, namun perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknmologi harus dipikirkan pula oleh Pimpinan Nasional.

Menurut Ketua AIPI, Sangkot Marzuki, dengan terselenggaranya acara ini diharapkan dapat memberikan pemahaman pada para anggota AIPI dan Ilmuwan seluruh Indoensia mengenai visi pengembangan Iptek ke depan. Selain itu juga menjadi kejadian tonggak atau momentum bangkitnya Iptek Indonesia, sebagai tonggak sejarah dengan pertama kalinya presiden RI dari seluruh Presiden-presiden RI sebelumnya, berbicara Visi Iptek Indonesia, didepan anggota AIPI dan Ilmuwan Indonesia pada umumnya. Hal yang sama juga disampaikan Habibie yang mengatakan:” sejak berdirinya AIPI, baru pertama kali Presiden RI berbicara didepan para anggota AIPI dan Para Ilmuwan Nasional”. Selanjutnya : “hanya seorang presiden yang meyakini bahwa peran iptek itu penting dan amat menentukan bagi masa depan bangsanya saja, yang akan mengambil langkah tersebut”. Ujar B.J.Habibie dalam paparannya.
Sedangkan kejadian langka ini, sudah pernah 3 kali dalam kepemerintahan negara AS dengan tiga pimpinan nasionalnya, berbicara didepan anggota AIPI dan para ilmuwan negaranya, seperti Abraham Lincoln, Kennedy dan yang terakhir Presiden Barack Obama. Ketiga pimpinan terebut sadar betul bahwa penguasaan iptek sudah menjadi tonggak kemajuan bangsanya dan prospek dalam peningkatan ekonomi bangsa.
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
AIPI yang didirikan berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 1990 merupakan wadah yang bertujuan menghimpun ilmuwan Indonesia terkemuka untuk memberikan pendapat, saran dan pertimbangan atas prakarsa sendiri dan/atau permintaan; mengenai penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan Iptek kepada pemerintah serta masyarakat untuk mencapai tujuan nasional.
Peran AIPI adalah melakukan kajian, memantau, menilai, menyusun arah, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan Iptek. Sesuai dengan peran tersebut AIPI menerbit buku “ Memorandum AIPI, Prospek Indonesia 2030”. Isi dari buku tersebut hasil telaahan, pengamatan, pandangan, gagasan, dan buah pemikirannya tentang pelbagai masalah penting yang dihadapi tanah air menjelang tahun 2030.
Masukan menarik yang dituliskan didalam buku tersebut adalah: tinjauan pada bidang sistem sosial dan politik yang mencakup perkembangan kehidupan politik yang dijalankan berdasarkan demokrasi yang telah dipijakkan pada multi partai; tinjauan sistem ekonomi pembangunan yang mencakup pembahasan mengenai infrastruktur ekonomi; dan tinjauan pembangunan berbasis pengetahuan, ilmu dan teknologi, yang mencakup pembangunan Indonesia menjelang 2030 serta pola pembangunan yang telah dijalankan. (SS/Humasristek)
06.20 | 0 komentar | Read More

Ilmuwan Indonesia Di Luar Negeri

Ilmuwan Indonesia Di Luar Negeri

Prakata
Tulisan ini sebenarnya sudah lama saya buat namun baru bisa saya selesaikan saat ini. Jadi, mohon maklum para pembaca budiman.
Pada hari Jumat malam, 4/12/09, acara Kick Andy di Metro TV mengangkat topik tentang ilmuwan Indonesia yang berprestasi di luar negeri. Ada yang bekerja di perusahaan multi nasional berkedudukan di luar negeri, lembaga riset negara asing, dan bahkan menjadi dekan di sebuah universitas Jepang. Dalam acara bincang yang dilakukan, Bung Andy selain menanyakan rahasia dibalik keberhasilan putar bangsa ini, dia juga menyelipkan pertanyaan tentang alasan dibalik enggannya para putra terbaik bangsa untuk kembali dan membaktikan kemampuan mereka pada kemajuan negara Indonesia di masa depan. Seperti yang dapat diduga, para ilmuwan Indonesia yang cerdas ini memilih untuk bekerja dan meniti karir di luar negeri atas dasar penghargaan prestasi, kelengkapan fasilitas kerja, dan peluang peningkatan diri.
Ilmuwan Indonesia lebih memilih karir di luar negeri karena mereka merasa prestasi kerja mereka lebih dihargai orang asing. Di luar negeri, setiap penemuan yang dihasilkan oleh ilmuwan Indonesia mendapatkan penghargan baik karena orang luar negeri tahu bahwa penemuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk membuat penemuan yang lain atau diproduksi secara massal guna meraih keuntungan. Oleh karena itu, mereka tidak pernah merasa repot untuk membantu ilmuwan Indonesia dalam mengurus hak paten. Tidak berhenti sampai di situ, dunia industri luar negeri memanfaatkan penemuan ilmuwan tersebut untuk diproduksi secara massal. Hasil produksi tentunya juga dibagi pula bagi si penemu. Padahal, ilmuwan Indonesia ini hanya sekedar bekerja untuk lembaga luar negeri dan mereka semua bahkan masih tetap mempertahankan kewarga negaraan Indonesia. Di Indonesia, prestasi kerja ilmuwan dalam negeri masih kurang mendapat perhatian, mereka sulit mengurus hak paten. Jika mereka membuat prestasi, penghargaan yang diterima hanyalah sekedar ucapan selamat dan sertifikat, tanpa ada kelanjutan dari penemuan yang sudah dibuat. Kalaupun ada penghargaan dalam duit, jumlahnyapun tidak seberapa. Penemuannya sendiri sering kali teronggok dalam tumpukan dokumen tanpa pernah diwujudkan dalam bentuk produksi massal. Padahal, ilmuwan membuat sebuah penemuan dengan tujuan untuk dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari manusia, bukan sekedar memuaskan rasa gairah kerja mereka saja. 
Selain mendapatkan hak paten, prestasi kerja ilmuwan Indonesia diganjar pula dengan pemberian fasilitas penelitian yang lengkap. Kebanyakan orang Indonesia masih mengira bila ilmuwan Indonesia lebih memilih karir di luar negeri karena faktor gaji yang besar. Ini adalah premis yang keliru. Ilmuwan setia pada ilmu, bukan pada uang. Dan ini selalu benar sepanjang masa. Jadi, bukanlah gaji bulanan gemuk yang membuat seorang Professor Indonesia mau menjadi dekan sebuah universitas Jepang. Dia betah bekerja di Jepang karena dia merasa nyaman dengan dukungan fasilitas bekerja yang ada di kampus tempatnya bekerja. Segala hal yang ia butuhkan sudah tersedia. Jika ada peralatan yang belum ada, pihak universias akan memberikannya dengan segala cara. Di Indonesia . . . Jujur saja, universitas mana yang sudah memiliki fasilitas laboratrium lengkap untuk penelitian Biologi, Geologi, Fisika, Matematika, dsb. Selain alat bantu penelitian, dana penelitian dari institusi luar negeri tempat mereka bekerja selalu terjamin. Bila proposal penelitian yang diajukan menarik, universitas atau institusi luar negeri tidak ragu-ragu untuk memberikan dana. Selain itu, di luar negeri tidak dikenal budaya senioritas. Siapapun yang mengajukan proposal penelitian bagus, akan mendapat kucuran dana. Sementara di Indonesia, iklim senioritas masih kuat sehingga seringkali peneliti muda terpaksa harus menunggu dana lebih lama karena proposal peneliti senior lebih diutamakan, biarpun proposal itu sifatnya kacangan. Jadi, jangan heran kalau pemuda cerdas Indonesia lebih memilih bekerja di luar negeri daripada di luar negeri. Biarpun mereka diiming-imingi gaji besar dan jabatan tinggi di sebuah universitas  di Indonesia, orang-orang ini akan tetap memilih bekerja di luar negeri. Mengapa? Gaji boleh kecil tetapi fasilitas penelitian yang lengkap akan selalu membuat mereka kerasan. Ini terjadi akibat motivasi mereka yang besar mengarah pada ilmu pengetahuan. Fasilitas kerja lengkap akan membuat seorang ilmuwan lebih produktif dalam bekerja dan berimbas pada kepuasan batin yang sama besarnya. Bagi mereka, tidak ada gunanya punya gaji di atas 5 juta rupiah dan jabatan Dekan di sebuah universitas Indonesia apabila dia tidak dapat menunaikan tugas dan panggilannya sebagai peneliti dengan baik. Bukan pula ilmuwan sejati namanya jika ia lebih setia pada uang daripada kepada ilmu.
Ilmuwan Indonesia berprestasi betah bekerja di luar negeri karena prospek karir dan pengembangan diri yang lebih baik. Jika ia seorang peneliti yang berpontensi besar, universitas luar negeri tidak akan segan-segan untuk mempekerjakannya. Selain bekerja, si peneliti muda ini juga mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke strata yang lebih tinggi, Doktoral atau Ph.D. Bahkan, bila ia benar-benar cemerlang, ia akan mendapat dukungan untuk meraih gelar Profesor, tidak peduli apakah ia masih muda sekalipun. Selain karir yang menjanjikan, bekerja di luar negeri memberikan harapan bagi ilmuwan Indonesia untuk memperluas wawasan dengan bekerja sama ilmuwan luar negeri lainnya: mereka bisa terlibat dalam proyek penelitian antar negara, dikirim untuk mengikuti seminar di luar negeri, didukung dalam proyek penelitiannya. Seperti yang disebutkan di atas, ilmuwan itu sesungguhnya setia pada ilmu, bukan duit. Dalam pandangan mereka, bekerja di Indonesia tidaklah memberikan prospek yang menjanjikan dalam hal pengembangan diri jadi mereka sama sekali tidak keberatan untuk melewatkan jabatan bergengsi dan gaji besar di instansi dalam negeri. Dan seperti yang terekam dalam acara Kick Andy, buat apa punya jabatan dan gaji besar bila di Indonesia kerjanya cuma duduk dan mengerjakan tugas administratif. Lebih payah lagi bila dia hanya terlibat dalam kegiatan seremonial dan tidak mendayagunakan kelebihan intelektualnya. Bagi mereka, kesempatan bekerja di luar negeri adalah peluang terbesar dalam hidup daripada meneruskan karir di Indonesia.
Orang-orang cerdas di Indonesia sebenarnya banyak, sayangnya tidak semua dari mereka tinggal dan bekerja di Indonesia. Banyak tuduhan miring yang mengatakan bilamana ilmuwan cerdas dan berprestasi memilih kerja di luar negeri karena gaji dan bonus yang lebih besar. Dengan kata lain, mereka lebih memilih materi daripada mengikuti panggilan nasionalisme untuk membangun negara. Sekali lagi, ilmuwan Indonesia ini tidak kalah nasionalisme-nya dengan para tentara TNI hanya saja nasionalisme saja tidak cukup bagi mereka untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran guna memajukan negara ini. Sekali lagi, bukan uang yang mereka cari namun kesempatan/peluang guna mengembangkan diri mereka serta menggunakan kecedasan mereka untuk mewujudkan suatu penemuan yang berguna dalam kehidupan manusia. Pertanyaan besarnya, dapatkah lembaga pendidikan di Indonesia memenuhi tuntutan tersebut? Quid pro quo, jika pemerintah ingin agar ilmuwan-ilmuwan ini berbakti bagi Indonesia, maka pemerintah juga harus berbakti memenuhi keinginan para ilmuwan ini. Sudah siapkah? 


Tulisan yang diposting ini merupakan CP  dari todosibuea.posterous.com, mengapa harus saya posting karena begitu penting bagi kita semua sebagai penerus kemajuan bangsa kita Indonesia Raya.


06.16 | 0 komentar | Read More

Written By Dimas Dzikrul amin on Kamis, 12 Januari 2012 | 07.29



Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2011




ISPO merupakan upaya untuk meningkatkan ketertarikan siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan energi yang dihadapi di seluruh dunia. ISPO juga mendorong munculnya alternatif sumber energi yang terbarukan, efisiensi energi, manajemen enrgi dan konsep penggunaan energi yang bersih dan ramah lingkungan.

ISPO menyediakan kesempatan bagi para siswa sekolah menengah untuk mempersiapkan diri sebagai ahli rekayasa masa depan yang memiliki pemahaman luas dan mendalam akan isu-isu global dan penguasaan akan teknologi yang dapat digunakan untuk menjaga keberlanjutan dunia.

Banner Indonesian Science Project Olympiad (ISPO)
KATEGORI
  • Teknologi
  • Lingkungan
  • Kimia
  • Fisika
  • Biologi
  • Komputer
PESERTA
  • SMP / MTs
  • SMA / MA
  • SMK
PELAKSANAAN
  • 05 Januari 2011 : Pendaftaran dan Pengiriman Makalah terakhir
  • 28 Januari 2011 : Pengumuman Finalis ISPO 2011 via Internet diwww.ispo.or.id
  • 24 s/d 26 Februari 2011 : Pameran, Penilaian dan Pengumuman Pemenang ISPO 2011.
  • Formulir pendaftaran dapat di download disini


Poster Indonesian Science Project Olympiad (
ISPO) 2011

SEKRETARIAT PUSAT
PASIAD INDONESIA, d.a. Graha Diandra Lt.2 Jl. Warung Buncit Raya No.2 Jakarta
Telp. 021 - 791 96110, 791 96208 Faks. 021 791 96114
Website : www.ispo.or.id
E-mail : info@ispo.or.id
07.29 | 0 komentar | Read More